-->

Connection South Garut With Love

Motivasi Menulis

Nilai Seni Dan Kebudayaan Kebanggan Jawabarat Pencak Silat Hampir Punah



Infogarsela - PENCAK silat kian mendunia. Pada ajang Asian Games 2018 nanti, bela diri ini resmi dipertandingkan sebagai salah satu cabang olahraga. Namun, rupanya esensi tradisi dari pencak silat semakin menipis.

Asep Gurwawan bangga. Dari segi prestasi, pencak silat resmi dipertandingkan pada pesta olahraga se-Asia. Namun Ketua umum Masyarakat Pencak Silat Indonesia (Maspi) itu juga prihatin. Di sisi lain nilai-nilai kebudayaan pencak silat hampir punah.

Perkembangan silat sekarang beda sama tahun 70-an, terutama pencak silat seni, akibat tergerusnya perkembangan zaman dan arus budaya luar. Lalu dari segi prestasi sekarang resmi masuk Tanding Tunggal Ganda Regu (TTGR) di Asian Games 2018, kata Asep pada INILAH, Jumat (27/2).

Asep memaparkan, terutama untuk di berbagai daerah event silat, kebudayaan yang mengakomodasi pencak silat sudah hampir tidak ada. Padahal, kata dia, pencak silat itu sendiri terdiri dari empat aspek utama, yakni mental spiritual, beladiri, seni, dan terakhir baru olahraga.

Olahraga dibagi tiga, yaitu silat sebagai kebugaran jasmani, sebagai rekreasi karena bisa dikemas dalam pertunjukan, dan prestasi karena dipertandingkan dalam event olahraga, tegasnya.

Seiring pesatnya perkembangan silat di bidang olahraga, Asep justru sangat khawatir karena orientasi generasi muda yang menggeluti pencak silat sudah berlandaskan pada materil. Hal itu, kata dia, didapat atas apresiasi raihan prestasi di sebuah pertandingan.

Dengan kata lain, Asep melihat kini nilai-nilai luhur budi pekerti yang menjadi jati diri bangsa Indonesia sudah mulai dikesampingkan. Menurutnya bukan tidak mungkin apabila suatu saat nanti pencak silat secara utuh hanya tinggal dongengnya saja.

Pencak silat sebagai media pengendalian diri, dan didalamnya ada ajaran yang berkaitan dengan perilaku seseorang dan sekalipun sebagai bela diri tapi tidak mengarahkan orang ke arah radikal dan ada pembinaan mental, ujarnya

Oleh karenanya, Asep yang juga seorang guru di perguruan Panglipur, kini menerapkan talek atau semacam prosesi pengambilan sumpah sebelum menggelar latihan. Di dalamnya berisikan janji pendekar silat berkenaaan dengan nilai luhur perilaku.

Lebih mirisnya lagi, lanjut Asep, di tengah pengakuan dunia terhadap pencak silat, justru dari daerah sumber pencak silat, beberapa aliran hampir sirna. Untuk aliran yang masih bertahan pun, kata dia, hanya dikuasai beberapa orang.

Di Jabar aliran pencak silat ada Cimande, Cikalong, Kari, Madi, Sabandar dan Sera. Namun ada beberapa aliran hampir hilang seprti sabandar, kari, madi, dan yang lainnya pun hanya orang tertenu aja yang masih bisa, terangnya.

Kekhawatiran Asep akan hilangnya nilai tradisi dari pencak silat juga bertambah. Dia menyebutkan beberapa negara seperti Australia, Belanda, Jepang, dan negara lainnya sedang mencoba membuat penelitian mengenai pencak silat di Indonesia.

Saya takut generasi mendatang justru akan mencari sejarah dan nilai tradisi pencak silat hingga ke luar negeri. Karena pencak silat sebagai kebudayaan asli Indonesia sudah tidak lagi memiliki nilai tradisi, karena hanya dituntut untuk kepentingan prestasi semata, bebernya.

Asep mengungkapkan, sekarang ini hanya ada tiga buku yang mendokumentasikan tentang pencak silat. Dua di antaranya berisikan jurus aliran pencak silat Cikalong dari Cianjur dan Harimau dari Sumatera.

Ada juga buku tentang keberadaan silat di Indonesia karya Oong Maryono berjudul Silat Merentang Waktu.

Guna mempertahankan pencak silat sebagai produk budaya, Asep beserta rekan-rekannya di Maspi membuat berbagai gebrakan agar nilai tradisi dalam pencak silat tak lantas memudah.

Rencananya, kata dia, pada awal Juni 2015 ini Maspi akan membuat pertemuan tingkat internasional di Bandung, dalam rangka kembali melestarikan silat tradisi.

Pada 2011 kita kumpul membentuk Maspi dan 2013 kita launching sambil mengadakkan seminar pencak silat tradisi, visi kami bagaimana pencak silat membumi dan mendunia, jadi ada workshop dan ada festival penca silat dalam sendra (tematik) atau silat bercerita, dan setiap tiga atau empat bulan sekali temu pendekar, urainya.(gin)
Labels: ada2ajah

Thanks for reading Nilai Seni Dan Kebudayaan Kebanggan Jawabarat Pencak Silat Hampir Punah. Please share...!

Back To Top